Wakil Ketua Komisi IV DPR RI, Ahmad Yohan, mendorong percepatan penyaluran beras dan penyerapan jagung oleh Bulog di Nusa Tenggara Timur (NTT). Hal itu disampaikannya saat melakukan kunjungan kerja bersama tim Komisi IV DPR RI ke Perum Bulog di Kupang, dalam rangka meninjau langsung implementasi program stabilisasi pasokan dan harga angan (SPHP) serta penyerapan hasil panen jagung dari petani lokal.
Menurut Ahmad Yohan, penyaluran beras SPHP di NTT hingga Oktober 2025 baru mencapai sekitar 40 persen. Ia menilai capaian tersebut belum maksimal dan berharap program ini dapat diselesaikan secepatnya, terutama mengingat kebutuhan masyarakat yang semakin mendesak akibat tingginya harga beras dan kelangkaan di sejumlah wilayah.
“Mudah-mudahan di November ini bisa kita selesaikan agar bantuan untuk rakyat ini segera tersalurkan. Rakyat sangat membutuhkan, terlebih saat harga beras di lapangan semakin mahal,” ujar Ahmad Yohan kepada oetoesan.com, Prov NTT, Kupang, Senin (22/9/2025).
Ia menegaskan, keterlambatan ini disebabkan belum adanya penugasan resmi dari pemerintah pusat, yang masih menunggu hasil rapat terbatas (ratas). “Penyalurannya belum maksimal karena menunggu keputusan ratas. Mudah-mudahan kebijakan ini segera keluar agar sisa penyaluran Oktober November bisa segera dituntaskan,” terangnya.
Selain memantau stok beras, Ahmad Yohan juga menyoroti persoalan rendahnya serapan jagung oleh Bulog di NTT. Ia menyebut bahwa kualitas jagung di wilayah ini sangat baik, bahkan terbaik di Indonesia, namun realisasi serapan masih jauh dari target. “Target penyerapan jagung oleh Bulog sebesar 27 ribu ton, tetapi hingga kini baru sekitar 300 ton yang terserap. Ini angka yang sangat kecil,” katanya.
Politisi Fraksi PAN meminta Bulog agar lebih aktif turun ke lapangan, menjangkau langsung area pertanian dan peternakan, serta tidak hanya menunggu pasokan masuk ke gudang. “Bulog harus turun ke area pertanian agar bisa menyerap jagung langsung dari petani. Mereka sangat membutuhkan hasil panennya segera dibeli,” terangnya.
Yohan menjelaskan bahwa persoalan kadar air yang sebelumnya menjadi penghambat penyerapan kini sudah mulai teratasi, setelah jagung dijemur lebih lama oleh petani agar sesuai dengan standar pembelian Bulog.
Legislator Dapil NTT I menyampaikan pentingnya dukungan pemerintah pusat untuk mendorong NTT menjadi lumbung jagung nasional. Ia menyebut bahwa cita-cita ini telah lama menjadi harapan masyarakat dan para pemimpin daerah di NTT.
“Provinsi NTT punya potensi besar. Lahan tersedia, kualitas jagung sangat baik, dan petani aktif di hampir semua kabupaten. Tinggal dukungan teknologi dan kebijakan yang lebih serius dari pusat.” paparnya.
Menurutnya, jika didukung secara optimal, NTT tak hanya bisa swasembada jagung, tetapi juga mampu menjadi daerah penghasil utama jagung untuk kebutuhan nasional hingga ekspor. “Saat ini terjadi kelangkaan jagung untuk kebutuhan peternakan. Ini momentum bagi NTT untuk menunjukkan potensinya dan ambil bagian dalam memperkuat ketahanan pangan nasional,” pungkas Yohan.