Anggota Komisi VII DPR RI, Bambang Haryo Soekartono, menilai sektor ekonomi kreatif (Ekraf) memiliki peran vital bukan hanya sebagai penopang ekonomi nasional, tetapi juga sebagai identitas bangsa yang diminati wisatawan mancanegara. Sayangnya, besaran anggaran yang dialokasikan pemerintah untuk sektor ini dinilai jauh dari memadai.

“Ekonomi kreatif ini penting sekali, karena mengandung identitas bangsa. Batik, musik, seni pertunjukan, kuliner Nusantara—semua itu yang justru dicari turis mancanegara. Tapi anggarannya sangat kecil, hanya Rp279 miliar. Padahal dulu Bekraf (Badan Ekonomi Kreatif) pernah sampai Rp900 miliar, itu pun masih kurang,” ujar Bambang Haryo kepada oetoesan.com usai Kunjungan Kerja Komisi VII di Yogyakarta, Provinsi DIY, Rabu (24/09/2025).

Menurutnya, anggaran tersebut harus mampu membina lebih dari 5 juta pelaku ekonomi kreatif yang tersebar di seluruh Indonesia. Bambang mencontohkan pelaku usaha batik Anantari di Yogyakarta yang berhasil berkembang pesat berkat pendampingan dari Kemenekraf. 

“Kalau yang kecil saja bisa naik kelas dengan pendampingan, bayangkan kalau ada dukungan lebih besar, skalanya bisa berlipat-lipat,” tegas Politisi Fraksi Partai Gerindra ini.

Lebih jauh, Bambang menyoroti potensi kuliner Nusantara yang menurutnya belum dieksplorasi secara serius. Dari lebih 3.000 jenis makanan khas Indonesia, hanya segelintir yang mendunia. 

“Rendang bisa jadi makanan terenak di dunia, batagor jadi camilan favorit. Kalau ribuan lainnya dieksplor, dampaknya luar biasa,” ujarnya. 

Ia membandingkan cara Thailand menjual seni budaya seperti tinju Muaythai yang mampu menarik penonton hingga ratusan ribu rupiah per tiket, sementara pertunjukan wayang di Indonesia masih sepi peminat karena kurang dipromosikan.

Bambang juga menekankan, Ekraf tidak bisa dilepaskan dari UMKM karena sebagian besar pelakunya adalah usaha mikro. Kontribusi sektor ini sangat signifikan, mencapai 6 persen terhadap PDB nasional atau setara Rp1.600–1.800 triliun, dengan serapan tenaga kerja hingga 26 juta orang. 

“Potensi ini bisa tumbuh 10 kali lipat kalau dikembangkan serius. Anggaran adalah kunci,” tegasnya.

Ia mendesak pemerintah, khususnya Kemenkeu dan kementerian terkait, untuk memberikan perhatian serius pada kebutuhan anggaran Kemenekraf.

“APBN Perubahan (ABT) yang sedang diajukan jangan ditunda lagi. Tanpa anggaran memadai, sulit mengharapkan Ekraf tumbuh pesat,” pungkasnya.

Comments are closed.

Exit mobile version